Senin, 26 September 2011

Timah, emas putih dari negeri laskar pelangi

Timah (Stannum) sebuah unsur kimia bernomor atom 50 sudah lama menjadi tulang punggung perekonomian Bangka Belitung bahkan sebelum menjadi Provinsi. Logam dengan nilai jual tinggi ini, saat ini menjadi salah satu tombak atas pembangunan yang terjadi di provinsi yang baru saja berotonomi ini. Namun sangat disayangkan, pemerintah dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten tidak mengelola dengan tepat dan hanya meninggalkan kolong-kolong liar, hutan gundul dan laut yang rusak kepada generasi berikutnya.

Sebelum era reformasi, pengelolaan timah di seluruh Bangka Belitung hanya dilakukan oleh PN Timah -sekarang menjadi PT Timah- tepat seperti yang digambarkan oleh novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Namun, era itu berubah setelah era reformasi dimana seluruh rakyat dan institusi diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, mengeksploitasi dan mengolah menjadi timah batang yang bisa dijual di pasar internasional dengan tetap diberikan batasan-batasan dan diawasi oleh Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) baik tingkat provinsi maupun kabupaten. Dengan diberikan kebebasan serta otonomi yang membuat Bangka Belitung lepas dari Provinsi Sumatra Selatan, secara pasti perekonomian masyarakat Bangka Belitung meningkat dan bahkan untuk tahun 2010-2011 pendapatan per kapita rata Bangka Belitung jauh di atas rata-rata Indonesia keseluruhan dan bahkan di klaim oleh Bangka Pos, Bangka Belitung memiliki pendapatan per kapita tertinggi di Indonesia.

Mengutip quote dari film spiderman, kekuatan lebih besar memerlukan tanggung jawab yang besar pula, Nampaknya quote ini sangat berlaku di Negeri Laskar pelangi ini. Dengan dibebaskannya pengeksplorasian dan pengeksploitasian lokasi tambang di Bangka Belitung di buka dengan bebas sekali. Tanpa reklamasi, tanpa izin bahkan membuka lahan tambang di daerah hutan produksi dan hutan lindung. ini semua hanya untuk mendapatkan emas putih yang sangat bernilai. Hal inilah yang membuat beberapa kalangan yang "pintar'" bisa menjadi milioner mendadak karena bisa membaca situasi. mereka mengeruk timah dari perut bumi dan meninggalkan begitu saja.

Baru-baru ini terjadi yang lebih heboh, kapal-kapal pengisap dan pengeruk timah beredar di sepanjang bibir pantai Bangka Belitung yang boleh dikatakan sangat indah dan berpotensi sebagai wilayah tujuan pariwisata indonesia. sekejap itu pula, pantai jernih berubah menjadi keruh. Hal ini juga berdampak buruk untuk nasib para nelayan yang berada di Pulau Bangka. selain kesulitan mendapatkan solar karena harus berebut dengan penambang liar untuk menyalakan mesin Tambang inkonvensionalnya, nelayan juga kesulitan mendapatkan ikan karena ikan seolah menghilang akibat aktivitas kapal keruk dan kapal isap para bos timah.

Hal ini bukan tidak diketahui oleh pemerintah baik dinas-dinas yang terkait maupun kepolisian dan jajaran mereka yang berwenang. mereka semua mengetahuinya, karena praktik ini sudah berlangsung sangat lama. sekarang pertanyaannya apakah mereka mau memperbaikinya? saya sangat ragu akan hal itu. oleh karena, mereka juga ber"bisnis" di sini. ada yang mempunyai kapal isap, tambang besar, bahkan ada yang mempunyai smelter. Smelter atau pabrik peleburan timah menjadi timah batangan yang kadarnya 99.85-99.95%. harganya sempat menembus 35.000 USD per ton.

Yang berwewenang tentu saja kesulitan untuk melakukan razia untuk penambang-penambang yang merusak alam karena mereka semua adalah pemasok utama dari smelter-smelter yang berada di Bangka Belitung. Namun, bukan berarti kita menyerah untuk menyerahkan begitu saja gugusan pulau ini untuk dihancurkan pelan-pelan. Bangka Belitung memiliki potensi yang luar biasa dari pariwisatanya. akan sangat tidak bijaksana bila pemerintahan hanya memfokuskan kepada penambangan yang walaupun besar tetapi menghancurkan. Namun bukan berarti juga saya melarang penambangan. Penambangan sangat baik untuk perekonomian masyarakat Bangka Belitung umumnya asalkan mereka tetap tunduk dan menjalankan amanat peraturan-peraturan yang ada. melakukan reklamasi, tidak menambang di sembarang titik dan menjaga kelestarian alam.

Pemerintah pusat pernah melakukan kajian yang dibentuk dari tim gabungan Kementrian ESDM, Kementrian Kelautan, Kementrian Pariwisata dan mungkin masih ada lainnya, namun sampai saat ini belum terasa dan terlihat perbedaannya. Semoga masih bisa diselamatkan.

Jangan hanya dihancurkan, kita bisa menyelamatkannya, ingat;ah ada generasi setelah kita.
-mdskribo-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar