Dewasa ini, salah satu hal yang menjadi perhatian para pemimpin dunia adalah energi. Dunia seolah berlomba untuk menemukan energi yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin besar seiring dengan bertambahnya populasi dunia dan meningkatnya kebutuhan manusia. Masalah energi pun makin rumit ketika energi yang biasa digunakan yaitu energi fosil persediaan cadangannya makin menipis dan dibutuhkan energi baru yang dapat menggantikan ketergantungan energi fosil tersebut. Demikian pula di Indonesia, pemerintah berusaha mencari energi-energi baru untuk dapat memenuhi kebutuhan energi dunia.
Setelah melewati berbagai kajian, pilihan pun jatuh untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). PLTN memiliki banyak keunggulan, seperti memiliki efisiensi yang baik dan nilai investai tahunan yang lebih kecil dibanding pembangkit listrik lain. Namun PLTN, juga memiliki kekurangan yaitu tingkat bahaya yang cukup tinggi karena bukan hanya menyebabkan kematian melainkan dapat menularkan radiasi yang tinggi ke alam. Walaupun PLTN merupakan Pembangkit listrik dengan kemungkinan kecelakaan yang rendah, namun memili tingkat bahaya yang tinggi.
Mendengar kata nuklir saja, semua orang pasti teringat dengan bom atom yang terjadi di Nagasaki dan Hiroshima pada Agustus 1945. Selain itu kejadian di Fukushima yang belum lama terjadi menimbulkan kecemasan karena memang ancaman dari bahaya ini nyata. Kejadian Fukushima bukan satu-satunya kecelakaan pada pembangkit tenaga nuklir pada tahun 1979 di Three Mile Island (TMI), amerika dan pada tahun 1986 di Chernobil, Uni soviet. Kejadian di Uni Soviet ini pun melibatkan secara langsung 135ribu orang. Sangat sulit dijelaskan bagaimana negara-negara yang memiliki sumber daya manusia baik seperti Jepang, Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Nuklir memang berbahaya, namun tidak serta merta membuat kita menolak mentah-mentah PLTN karena diakui atau tidak, PLTN tetap menawarkan energi yang cukup besar. Tetapi pertanyaannya adalah apakah PLTN ini adalah solusi yang tepat untuk permasalahan energi Indonesia?
Indonesia sebenarnya memiliki cadangan energi yang luar biasa. Indonesia memiliki cadangan migas yang cukup banyak. Terutama gas alam Indonesia apabila dikelola dengan baik, cukup untuk memenuhi kebutuhan Indonesia. Namun kenyataannya kebijakan dari pemerintah untuk menjual keluar negeri. Beberapa kalangan berpendapat Indonesia tidak dapat menggunakan gas alam karena memang teknologinya belum memadai. Seharusnya pemerintah lebih memilih membangun fasilitas-fasilats untuk gas alam ketimbang membangun fasilitas untuk nuklir. Ironis memang ketika melihat Indonesia menjual energinya dan malah membangun PLTN yang jelas-jelas dapat berbahaya.
Selain dari migas, Indonesia juga memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia. Di beberapa tempat di pulau Jawa sudah dibangun PLTPB dan dikelola oleh asing. Namun sayangnya, energi dari panas bumi ini kurang dikembangkan dan tidak dijadikan fokus dalam hal menentukan kebijakan. Cadangan yang besar dan bisa berlangsung seumur hidup adalah keuntungannya. Namun, energi panas bumi ini membutuhkan investasi yang besar. Jauh lebih besar dari investasi sektor migas.
Selain dari gas alam dan panas bumi Indonesia juga masih memiliki cadangan batu bara yang besar. Namun, masih lebih banyak yang diekspor dibandingkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Selanjutnya Indonesia masih memiliki cadangan energi berupa Air laut, yang kita ketahui 66% wilayah Indonesia merupakan kelautan. Penelitian, kajian dan pengembangannya pun sudah banyak dilakukan dan yang pasti lebih aman dari nuklir. Selain itu, Indonesia juga masih bisa mengembangkat pembangkit listrik dari tenaga angin, tenaga surya dan masih banyak cadangan energi yang lebih aman.
Indonesia memang memerlukan kajian dan penelitian tentang energi nuklir lebih jauh. Namun tampaknya energi nuklir ini harus dijadikan prioritas terkahir dari blueprint energi nasional. Indonesia dengan segala macam kekayaannya masih bisa membuat energi yang lebih ramah lingkungan dan resiko kecil.
Kita bisa lihat bagaimana Belanda menggunakan tenaga angin sebagai salah satu penunjang energi mereka, lalu Perancis dan Jerman menggunakan energi tenaga surya. Kita tidak lupa juga bagaimana Jepang, Korea, China dan beberapaq negara lainnya sangat bergantung dengan gas alam yang dimiliki Indonesia. Mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan energi dari sektor lain. Jadi memang beberapa negara menggunakan energi nuklir karena mereka tidak seburuntung Indonesia dengan memiliki pilihan untuk cadangan energi mereka. Akan sangat disayangkan apabila dengan banyaknya pilihan yang disertai melimpahnya cadangan namun pemerintah lebih memfokuskan untuk membangun energi yang memiliki resiko bahaya yang tinggi.
Indonesia sudah diakui dunia memiliki potensi yang luar biasa. Saat ini tinggal bagaimana penentu kebijakan mengarahkan agar Indonesia memiliki peta energi yang jelas untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya baik sekarang maupun hingga puluhan tahun kedepan. Sangat disayangkan apabila negeri yang kaya dengan energi ini salah dalam menentukan kebijakan energi dan akan berdampak fatal dikemudian hari.
-mdskribo-
Belinyu, 25 November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar