PSSI Kisruh, RD Mundur
Kisruh persepakbolaan Indonesia belum berakhir. Kini berita mengejutkan lainnya datang dari pelatih timnas U23 Rachmat Darmawan. Pelatih yang berhasil mengantarkan Indonesia ke final Sea Games itu pun mengundurkan diri. Pelatih yang akrab dipanggil RD ini menyatakan dirinya gagal karena tidak berhasil meraih emas seperti yang diharapkan rakyat Indonesia. Namun, beberapa kalangan berpendapat bahwa mundurnya RD ini dikarenakan kebijakan PSSI era Djohar Arifin yang melarang pemain ISL untuk bergabung dengan timnas Indonesia dan mundurnya pelatih yang baru saja merayakan ulang tahun ke-45 ini sudah diprediksi.
Rakyat Indonesia sangat kecewa dengan keputusan PSSI yang dengan semena-mena memutus kontrak Alfred Riedl dan menggantikannya dengan Wim Rijsbergen beberapa waktu lalu. Ketika itu Alfred Riedl berhasil membuat suporter Indonesia memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno setelah berhasil mengantarkan Indonesia ke final AFF Cup. Sepeninggal Alfred Riedl dan diganti dengan Wim Rijsbergen, sontak membuat permainan Indonesia menurun dan membuat gairah suporter menurun tiba-tiba. Bukan karena suporter Indonesia tidak mencintai timnas Indonesia, namun justru karena suporter sangat mencintai timnas dan menunjukkan kekecewaannya terhadap keputusan PSSI.
Rentetan kejadian ini pun perlahan sirna setelah PSSI menunjuk Rachmat Darmawan untuk melatih timnas Indonesia U23 yang dipersiapkan untuk mengamankan emas SEA Games yang dilangsungkan di Jakarta. Melihat permaianan yang sangat baik dibawah asuhan RD ini pun suporter kembali memenuhi SUGBK. Namun lagi-lagi PSSI mementingkan egoismenya hingga pelatih yang diharapkan banyak pihak untuk mengepalai timnas senior ini mundur.
Kisruh Liga
Banyak kalangan yang meyakini bahwa mundurnya RD ini hanya salah satu dampak dari kisruh liga yang terjadi di Indonesia. PSSI secara arogan mengganti ISL yang tahun lalu adalah liga resmi digantikan dengan IPL yang diselenggarakan PT LPIS. Sedangkan klub-klub besar Indonesia tetap menganggap PT LI adalah pihak yang benar untuk menggelar liga tertinggi Indonesia.
Berawal dari pergantian kepemimpinan dari era Nurdin Halid ke Djohar Arifin, PSSIbaru pun diharapkan membuat perubahan dan perbaikan untuk lebih meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia dan salah satunya adalah perbaikan liga. Klub-klub yang berada di kasta tertinggi pun mengikuti seluruh prosedur yang diberikan PSSI. Namun secara mengejutkan PSSI dengan arogan tidak mengindahkan salah satu hasil kongres yang mengatakan bahwa liga tertinggi Indonesia adalah ISL dengan 18 klub dan malah membentuk LPI dengan 24 klub. Lebih mengejutkan lagi karena beberapa klub yang naik kasta dinaikkan dengan alasan yang tidak jelas. Keputusan yang justru bertolak belakang dengan semangat kompetisi.
Kekecewaan klub-klub dengan keputusan sepihak PSSI ini membuat klub-klub ISL mundur dan tetap mengusung ISL sebagai kompetisi yang diikuti. Seakan tidak mau kehilangan muka, PSSI pun membuat keputusan baru yaitu melarang pemain ISL untuk bergabung ke Tim Nasional, padahal ketua umum PSSI Djohar Arifin sebelumnya sempat mengatakan siapa saja boleh memperkuat tim nasional.
Tampaknya PSSI tidak tahu bahwa PSSI adalah Persatuan sepakbola seluruh Indonesia beserta klub-klub professional. PSSI perlu merangkul klub-klub bukan malah memecah belah dengan keputusannya yang arogan. PSSI juga harus ingat bahwa PSSI tidak memiliki pemain, pemain dikontrak oleh klub. Sekali lagi PSSI perlu merangkul klub dan menurunkan egonya agar iklim sepakbola yang baik pun bisa diciptakan di Indonesia. Semua pihak juga harus menurunkan egonya masing-masing dang mengutamakan persepakbolaan Indonesia diatas kepentingan kelompok masing-masing agar sepak bola Indonesia bisa Berjaya paling tidak kembali dikenal di Asia.
Belinyu, 13-12-11
-mdskribo-