Moratorium Ekspor Timah Indonesia
Krisis perekonomian yang melanda Amerika dan Uni-Eropa juga berdampak kepada Indonesia. Paling tidak, hal ini dirasakan oleh masyarakat provinsi Bangka Belitung. Provinsi Bangka Belitung yang merupakan salah satu penghasil timah terbesar dunia ini kini menghentikan sementara (moratorium) ekspor timah. Hal ini berkaitan dengan jatuhnya harga timah di pasar dunia yang membuat para perusahaan-perusahaan timah beserta pemerintah provinsi Bangka Belitung bersepekat untuk menghentikan ekspor sementara waktu hingga harga dinilai sudah kembali normal.
Menjadi salah satu negara eksportir timah dunia, tidak serta merta membuat Indonesia memiliki nilai tawar yang tinggi. Hal ini dikarenakan, Indonesia tidak memiliki pasar tersendiri seperti pasar Inggris LME (London Metal Exchange) maupun Malaysia KLTM (Kuala Lumpur Tin Market) sehingga harga ditentukan berdasarkan pasar dunia. Sebelum merosot harga timah berada dikisaran USD 25.000-27.000/metric ton menjadi dibawah USD 18.000/metric ton.
Merosotnya harga timah dunia membuat perusahaan eksportir menghentikan ekspor dalam sementara waktu dengan harapan semakin tipisnya timah dunia membuat harga kembali normal. Namun, setelah beberapa bulan terakhir tidak ada tanda-tanda timah bisa kembali ke harga awal. Sementara moratorium ini diberlakukan, perusahaan-perusahaan tidak berhenti produksi namun dengan tidak mengekspor hasilnya, secara otomatis harga bahan baku merosot tajam yang berakibat langsung ke rakyat.
Moratorium ini langsung berdampak ke perekonomian provinsi Bangka Belitung. Dimana rakyat yang mayoritas bergantung terhadap industry pertambangan dalam hal ini timah. Harga timah lokal merosot drastis dari kisaran Rp. 120.000,-/kg menjadi sekitar Rp.60.000,-/kg dengan harga sebesar ini para penambang hanya cukup untuk biaya operasional.
Pendapatan yang jauh merosot ini secara langsung berakibat kepada perekonomian Bangka Belitung. Bangka Belitung yang pada tahun 2010/2011 memiliki pendapatan per kapita tertinggi di Indonesia sudah terbiasa dengan konsumsi yang mahal dibanding beberapa daerah di Indonesia. Namun, disaat terjadi moratorium ini tingkat konsumsi menurun. Penjualan elektronik dan kendaraan bermotor juga menurun. Bahkan antrian bensin yang terjadi setahun terakhir juga menghilang setelah terjadi moratorium ekspor ini. Tidak disangka lagi, apabila moratorium ini berlangsung lebih lama lagi akan berdampak perekonomian Bangka Belitung secara umum.
Para pelaku usaha baik perusahaan maupun pemerintah Bangka Belitung sudah mengetahui bahwa moratorium ini hanya solusi jangka pendek. Solusi jangka panjang dari merosotnya harga timah dunia yang mengakibatkan merosotnya perekonomian Bangka adalah dibangunnya Industri hilir untuk timah sehingga timah murni tidak serta merta habis diekspor yang kemudian diimpor sebagai barang jadi serta dibangunnya pasar timah internasional di Bangka.
Untuk isi pengembangan industry hilir timah di Bangka Belitung sudah lama terdengar, namun hingga saat ini realisasinya masih dalam perencanaan dan belum direalisasikan. Sementara itu, untuk pasar timah internasional di Bangka Belitung. Tak lama lagi akan di buat BTM (Bangka Belitung Tin Market). Menteri Perdagangan, Gita wirjawan pun sudah merestui untuk segera mebuat BTM ini. Dengan adanya BTM ini, Indonesia dapat berperan dalam menentukan harga timah dunia.
Dilihat dengan begitu banyaknya sumber daya alam yang Indonesia miliki, sudah sepantasnya Indonesia memiliki nilai tawar yang lebih tinggi dan juga dengan melakukan pengelolaan lebih baik yang pada akhirnya dapat untuk menyejahterakan rakyat, sesuai dengan tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Belinyu, 10-11-11
-mdskribo-
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusnegara penghasil timah terbesar di dunia
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSekedar pelengkap atau tambahan referensi mengenai artikel seputar timah. Berikut rangkuman kami seputar Negara Penghasil Timah Terbesar Di Dunia Adalah - Ilmu Pengetahuan
BalasHapus