Rabu, 09 Mei 2012

Larang Orang Mampu pakai BBM Subsidi



            Pemerintah harus segera mengeluarkan larangan untuk mobil baru dengan CC besar menggunakan bahan bakar minyak (bbm) bersubsidi. Hal ini sesuai dengan alasan pemerintah yang mengatakan bahwa bbm bersubsidi yang tidak tepat sasaran dan tidak tepat guna dan bukannya dengan menaikkan harga bbm bersubsidi yang bisa berimbas kepada rakyat yang tidak mampu juga. Tahun pembuatan dan CC cylinder menjadi parameter yang penting dalam larangan ini, karena akan sangat mengherankan apabila pemerintah membiarkan mobil Toyota Alphard, Toyota Fortuner dan mobil mewah lain menggunakan BBM bersubsidi. Berapa CC dan tahun yang akan menjadi parameter untuk larangan, pemerintah dan para ahli dibidangnya harus segera melakukan kajian agar benar-benar tepat sasaran sesuai alasan pemerintah dan tentunya akan terjadi perdebatan yang cukup pelik terhadap CC yang tepat, namun disinilah akan terlihat komitmen pemerintah terhadap rakyatnya.
            Pemerintah beralasan bahwa bbm tidak tepat sasaran, oleh karena itu apabila bbm bersubsidi dinaikkan bukan berarti mobil baru dengan CC besar itu menjadi diperbolehkan menggunakan bbm bersubsidi. Hal ini berbeda dengan pandangan sebagian orang yang mengatakan bahwa ketika bbm subsidi dinaikkan, maka pengguna dari bbm non-subsidi diperbolehkan menggunakan bbm subsidi. Hal ini salah sama sekali, karena bbm subsidi hanya diperuntukkan bagi yang layak mendapatkannya.
            Dengan adanya pelarangan ini, diharapkan yang benar-benar mendapat subsidi adalah yang benar-benar layak, antara lain angkutan umum, angkutan barang, nelayan, tukang ojek, pengusaha kecil yang memulai usaha dan membuat lapangan kerja dan bukanya mobil mewah seperti Alphard ataupun sejenisnya.
            Pada APBN 2012 tidak ada pilihan bagi pemerintah untuk menaikkan harga eceran bbm bersubsidi yang kemudian di bahas APBN-P 2012, hal ini berlatar belakang karena pemerintah berjanji untuk mengatur dan menekan konsumsi dari bbm bersubsidi. Namun hingga kini belum ada langkah konkrit pemerintah yang diperuntukkan bagi pengguna bbm khususnya kendaraan pribadi. Larangan ini bisa menjadi langkah pertama untuk pemerintah menunjukkan komitmennya agar tidak menaikkan bbm bersubsidi tanpa memberatkan keuangan negara.
            Belakangan ini pemerintah terlihat sulit sekali untuk mengeluarkan larangan ini. Disisi lain pemerintah dengan mudah melarang rakyat kecil yang membeli dengan dirigen. Rakyat yang membeli dengan dirigen sebagian besar adalah pengecer, nelayan maupun orang yang menggunakan bbm untuk menyalakan genset karena belum mendapatkan listrik dari PLN yang biasanya terdapat dipelosok daerah. Larangan ini hanya tinggal kemauan dan komitmen, pemerintah dengan mudah melarang rakyat membeli dengan dirigen tetapi tampak kesulitan melarang orang mampu menggunakan subsidi.
            Pelarangan ini memang tidak sederhana dan sedikit “repot” dalam pelaksanaan. Namun, apabila pemerintah justru menaikkan bbm karena alasan ini, terlihat bahwa pemerintah tidak mau “repot”. Karena adalah tugas pemimpin memperlakukan rakyatnya dengan adil, memberikan hak masing-masing dengan layak, apabila pemimpin menilai subsidi dinikmati dengan yang tidak berhak sudah semestinya pemerintah membuat suatu kebijakan yang tepat tanpa menyakiti orang yang tidak mampu seperti menaikkan bbm bersubsidi.
            Apabila segera direalisasikan, pelarangan ini justru akan berdampak positif untuk program lain pemerintah, yaitu konversi bbm ke bbg. Program yang sudah sering diwacanakan namun kurang lancer karena kekurangsiapan pemerintah dalam mempersiapkan infrastruktur untuk program ini. Pelarangan ini diprediksi menjadi katalis untuk program konversi ini. Saat ini bola ada di tangan pemerintah, masyarakat hanya bisa menantikan apa yang akan dilakukan pemerintah.
            Dalam beberapa waktu terakhir, pemerintah dan masyarakat energinya habis untuk membahas mengenai bbm dan keuangan negara. Apabila pemerintah ingin mengamankan APBN agar tidak jebol, tentu saja pelarangan bbm subsidi bagi orang mampu lebih adil dibandingkan menaikkan harga BBM bersubsidi. Namun untuk mengamankan APBN harus disertai dengan penghematan pada berbagai sektor. Agak mengherankan apabila stakeholder negara ini membahas kenaikkan bbm bersubsidi mengatasnamakan rakyat dan setelah rapat selesai mereka plesir ke luar negeri memboroskan uang negara milyaran rupiah tanpa urgensi dan agenda yang jelas.
           

Belinyu, 29-4-12
-mdskribo-