Selasa, 14 Februari 2012

Moratorium Ekspor Timah Indonesia (3)


Moratorium ekspor timah yang dilakukan pengusaha-pengusaha industri timah yang tergabung dalam Indonesia Tin Association (ITA) pada bulan Oktober lalu tampaknya membuahkan hasil. Harga timah yang sempat berada dititik nadir pun kini sudah mulai bergerak ke harga yang cukup baik. Pasar timah yang diadakan di Indonesia pun turut membuat Indonesia yang merupakan produsen timah dunia berhasil membuat posisi tawar menjadi lebih tinggi. Hal ini sontak membuat perekonomian Bangka Belitung yang sempat lesu kembali bergairah.
                Kenaikan harga timah pada level ekspor juga mendongkrak harga timah di kalangan penambang rakyat. Hal ini juga berakibat dengan kembali maraknya tambang inkonvesional (TI) atau tambang rakyat tersebut. Banyaknya TI (yang tetu saja illegal karena tidak dilengkapi surat izin) ini juga terlihat dari mulai maraknya antrian SPBU yang menjual bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi baik premium maupun solar yang akan dipergunakan untuk menambang tersebut. Banyaknya TI yang beroperasi ini selain merusak tatanan lingkungan dan ekosistem, juga membuat rakyat umumnya kesulitan mendapatkan bensin, terutama bagi warga yang belum teraliri listrik PLN dan memilih menggunakan genset sebagai penyedia listrik lingkungannya.
                Membaiknya harga timah ini membuat perekonomian Bangka Belitung kembali bergairah. Perbankan yang sempat sepi kembali membaik, jual beli menjadi lebih berjalan dan kehidupan rakyat menjadi lebih baik. Hal yang jauh berbeda dengan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya, saat moratorium diberlakukan.
                Timah merupakan ujung tombak perekonomian di provinsi Bangka Belitung. Hal ini bisa terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Bangka Belitung, sekitar 80% nilai ekspor berasal dari sektor pertambangan timah ini. Oleh karena itu, harga timah dunia bisa berdampak langsung ke perekonomian Bangka Belitung. Namun sayangnya, Indonesia sebagai negara produsen terbesar di dunia sebelumnya tidak mempunyai posisi yang cukup baik dalam menentukan harga timah dunia. Setelah harga mencapai titik nadir, baru pengusaha-pengusaha dan pemerintah mengambil tindakan, yaitu moratorium ekspor timah sambil membentuk pasar timah Indonesia. Kedua tindakan ini secara perlahan menunjukkan keberhasilannya dilihat dari semakin membaiknya harag timah dari hari ke hari.
                Walaupun timah merupakan ujung tombak perekonomian baru, provinsi Bangka Belitung berkewajiban membentuk masyarakat pasca timah, masyarakat yang tidak bergantung kepada timah. Bangka Belitung memiliki potensi yang luar biasa, seperti perkebunan sawit, lada dan karet, pariwisata, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu menjadi pekerjaan rumah (PR) untuk membentuk masyarakat pasca timah bagi calon pemimpin Bangka Belitung yang baru yang akan bertarung pada pemilukada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinisi Bangka Belitung yang akan dilaksanakan 25 Februari 2012
               

Bintaro, 13-2-12
-mdskribo-

Baca juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar