Pendidikan Indonesia yang Bermutu, hanya sekadar angan-angankah?
Pada tanggal 2 November 2011, United Nation Development Program (UNDP) mengeluarkan Human Development Index. Human Development Index ini terdiri dari 3 komponen, kesehatan hidup masyarakat, pengetahuan, dan pendapatan bruto per kapita. Untuk sektor pengetahuan, Menteri Pendidikan dan kebudayaan, M. Nuh mengatakan Indonesia berada diperingkat 124 dan dibawah Filipina. Peringkat Indonesia turun dari tahun sebelumnya yang berada di peringkat 108.
Hasil ini sangat mengecewakan tentunya melihat begitu besar anggaran yang diperuntukan untuk pendidikan. Dengan hasil ini, patut dipertanyakan bagaimanakah anggaran yang menurut Undang-undang sebasar 20% dari APBN itu dikelola. Upaya pemerintah untuk memperkecil angka putus sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan nasional pun terlihat gagal. Sebuah hasil yang mengecewakan tentunya apalagi salah satu tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bapak proklamator kita, Bung Hatta sangat mementingkan pendidikan. Bahkan sepulangnya dari Belanda, Bung Hatta membuat Partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru). Terlihat bahwa salah satu yang ingin dikembangkan Bung Hatta adalah pendidikan yang akan dijadikan tonggak perjuangan kemerdekaan. Tak berbeda dengan Bung Hatta, Tan Malaka juga mendirikan beberapa sekolah rakyat agar Indonesia memiliki generasi yang lebih baik. Selain itu, Dewi Sartika, HOS Cokroaminoto dan masih banyak lagi pejuang, sangat mementingkan pendidikan. Tapi setelah merdeka dan dengan anggaran yang sangat besar, negara ini masih berada di peringkat 124 dunia, bahkan dibawah Filipina.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, salah satu yang menjadi beban index tersebut adalah jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 240 juta orang. “Yang tidak pernah sekolah menjadi beban untuk meningkatkan index,” jelasnya. Sungguh menggelikan apabila seorang Menteri Negara memberikan pernyataan demikian. Apabila memang sudah terbebani seharusnya Menteri tersebut dapat mengundurkan diri. Jangan malah mencari kambing hitam dari masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia tidak mengalami peningkatan mutu pendidikan antara lain adalah karena faktor selalu berubahnya kebijakan pada saat pergantian menteri. Membuat sistem pendidikan yang baik bukan hanya pekerjaan satu tahun, satu periode atau mungkin 10 tahun. Diperlukan sistem yang baik dan berkesinambungan. Oleh karena itu, diperlukan pula kementerian yang bisa bekerja dan tanpa mengubah kebijakan dari menteri pada periode sebelumnya. Bayangkan saja, untuk sistem Ujian Nasional berubah-ubah setiap tahun yang akan membingungkan baik murid, guru maupun dinas pendidikan seluruh Indonesia. Banyak energi, waktu dan uang yang habis untuk melakukan perubahan ini.
Salah satu tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan bangsa, namun terjadi kesalahan paradigma yaitu pendidikan yang dimaksud hanya pendidikan formal. Namun sesungguhnya kata cerdas mewakili pengetahuan di berbagai bidang. Dimulai dari pembebasan buta huruf, pencerdasan hukum dan sosial juga pencerdasan politik. Dalam hal ini, alangkah baiknya apabila dengan banyaknya pemilihan umum baik untuk partai politik, presiden atau kepala daerah rakyat secara umum mendapatkan pencerdasan politik. Tentunya dengan memberikan contoh yang pemilu yang baik, hilangkan black campaign, jangan melakukan money politic dan melakukan politik yang jujur. Apabila calon pemimpin melakukan politik yang kotor, ini berarti para calon pemimpin ini sudah melakukan pengkhianatan terhadap UUD dan tujuan negara, apa yang rakyat bisa harapkan terhadap pemimpin seperti ini.
Pendidikan adalah satu hal terpenting untuk membentuk negara yang kuat. Sangat disayangkan apabila masalah-masalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia ini tidak dapat diatasi. Seluruh pihak terutama pemimpin-pemimpin negeri ini berkewajiban terhadap masalah ini untuk membuat Indonesia yang lebih baik.
Belinyu, 11-11-11
-mdskribo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar