TAN MALAKA
Bapak Republik Indonesia
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Namun berbeda perlakuannya untuk Bapak Republik Indonesia ini, Tan Malaka diangkat menjadi pahlawan nasional pada era Sukarno, namun pada masa orde baru, seolah negara meminggirkan perannya. Bahkan kini sebagian orang tidak mengetahui siapa beliau.
Tan Malaka adalah satu dari 4 serangkai selain Sukarno, Hatta, dan Sjahrir. Bernama lengkap Ibrahim Sutan Datuk Tan Malaka, Tan Malaka memiliki puluhan nama samaran. Beliau lahir pada tahun 1897 di Sumatera Barat. Lebih dari separuh hidupnya dihabiskan diluar negeri karena diusir Belanda dari Indonesia. Tan Malaka pun berkeliling Asia dan Eropa untuk melakukan revolusi Indonesia.
Tan Malaka disebut oleh Muhammada Yamin Sebagai “Bapak Republik Indonesia” dan disebut oleh Sukarno sebagai “Seorang yang ahli dalam revolusi”. Tan Malaka tak ubahnya Thomas Jefferson dan George Washington, yang sudah merancang Republik sebelum kemerdekaannya. Tan Malaka wafat ditembak oleh tentara republik yang didirikannya pada tahun 1949 di Kediri.
Tan Malaka disebut oleh Muhammada Yamin Sebagai “Bapak Republik Indonesia” dan disebut oleh Sukarno sebagai “Seorang yang ahli dalam revolusi”. Tan Malaka tak ubahnya Thomas Jefferson dan George Washington, yang sudah merancang Republik sebelum kemerdekaannya. Tan Malaka wafat ditembak oleh tentara republik yang didirikannya pada tahun 1949 di Kediri.
Pada Tahun 1925, Tan Malaka membuat buku tentang konsep republik Indonesia berjudul “Naar de Republiek Indonesia” lebih dulu sebelum Bung Hatta menulis “Indonesia Vrije (Indonesia Merdeka)” pada tahun 1928 dan sebelum Sukarno menulis menuju “Indonesia Merdeka” pada tahun 1933. Buku ini ditulis di Kanton pada April 1925 dan disempurnakan di Filipina pada Desember 1925. Menurut Sayuti Melik, Sukarno selalu membawa buku ini. Buku “Massa Actie” pada tahun 1926 yang ditulis dari tanah pelarian juga menginspirasi pejuang-pejuang di Indonesia dan seperti menjadi bacaan wajib untuk para tokoh Indonesia termasuk Sukarno. Bahkan, W.R. Supratman mendapat ilham dari buku ini untuk lagu kebangsaan “Indonesia raya”.
Tan Malaka juga mendirikan beberapa sekolah rakyat untuk anaku buruh dan kuli. Sekolah rakyat pertamanya di buka di Semarang pada tahun 1921. Sekolah rakyat kedua yang didirikannya adalah di Bandung. Bukan hal yang aneh, apabila Tan Malaka mendirikan sekolah, karena memang pendidikan yang ditempuhnya adalah sekolah guru. Di Deli pun beliau sempat mengajar namun akhirnya dikeluarkan karena banyak tindakannya yang tidak disukai Belanda. Menurut Tan Malaka, mengajari anak-anak Indonesia, dianggapnya pekerjaan tersuci dan terpenting.
Tan Malaka merupakan seorang Marxisme. Tan Malaka pernah menjadi Ketua partai Komunis Indonesia namun tidak menyetujui adanya pemberotakan. Tan Malaka juga merupakan bagian dari Komintern (komunis internasional) dan merupakan salah satu orang besar asia pada masanya. Tan bergaul dengan Ho Chi Minh, Dr. Sun Yat Sen dan masih banyak lagi. Tan Malaka juga mengikuti konferensi komunis Internasional dan bertemu dengan Lenin, Stalin dll. Pada konferensi itu, Tan berpidato dalam bahasa Jerman dan mengusulkan untuk bekerja sama dengan kaum muslim dunia dalam memerangi kapitalisme. Tan Malaka secara mutlak mendukung Pas-Islamisme Gagasannya memang tak didukung, namun pidatonya disambut hangat oleh para peserta dengan tepuk tangan.
Setelah takluknya sekutu, Belanda pun meninggalkan Indonesia dan Jepang memasuki Indinesia. Tan Malaka pun mengakhiri perantauannya dan kembali ke Indonesia. Tan Malaka pun bertemu dengan pemuda sepert Ahmad Soebardjo, Sukarni, Adam Malik, Sayuti Melik dll. Bersama kaum pemuda, Tan Malaka menolak kemerdekaan oleh PPKI atau sebagai hadiah dari Jepang. Tan Malaka dan para pemuda yakin Proklamasi tidak dapat ditunda. Tan Malaka memang tidak berhubungan banyak dalam Proklamasi Indonesia, Namun jiwanya sangat erat dengan proklamasi.
Mengetahui ada pemuda yang beraliran keras dan cukup berpengaruh, Sukarno memutuskan untuk menemuinya. Sukarno pun mengutus Sayuti Melik untuk mencarinya dan tidak sulit untuk Sayuti menemukannya. Di Dalam pertemuan itu, Sukarno bertanya mengenai buku “massa actie” yang di tulis Tan Malaka. Tan Malaka pun menjelaskan dan mereka berbincang mengenai revolusi Indonesia. Menurut Sayuti Melik, Tan Malaka lebih berpengalaman dalam revolusi dan kata-kata Tan banyak digunakan Sukarno dibelakangan hari.
Ada kata-kata Tan yang mengusik Sukarno, yaitu akan kedatangan Belanda dan sekutu sehingga pemerintahan harus dipindahkan kepedalaman. Namun, Sukarno tidak bergeming dan memutuskan untuk membuat testamen politik, yaitu apabila Sukarno dan Hatta tak berdaya dan sekutu menawannya, Sukarno akan menyerahkan pimpinan revolusi kepada seseorang yang telah mahir melakukan gerakan revolusioner, Tan Malaka. Namun atas saran Hatta, akhirnya testamen itu diberikan atas 4 nama, dan Tan Malaka tetap salah satunya. Setelah ditandatangani, Sukarno pun memberikan testamen tersebut kepada Tan malaka beserta teks Proklamasi asli. Tan Malaka pun membawa testamen tersebut dalam perjalanannya ke Jawa timur.
Tan Malaka juga sangat dekat dengan Jenderal Sudirman. Keduanya memiliki ideologi bahwa kemerdekaan 100% adalah mutlak dan anti terhadap perundingan dengan Belanda. Tan berkata,”Tuan rumah tidak akan berunding dengan malingnya.” Sedangkan Sudirman berkata “lebih baik diatom daripada merdeka kurang dari 100%.”
Tan Malaka sempat dipenjara akibat gerakannya dituduh akan kudeta, namun kemudian dibebaskan oleh jenderal Sudirman. Sukarno pun langsung menegur Jenderal Sudirman dan mendapat sumpah setia Sudirman kembali.
Tan Malaka wafat dikediri oleh tentara Republik Indonesia pada Februari 1949. Dalam mengenang sewindu kematiannya, Jenderal A.H Nasution memuji salah satu buku Tan Malaka yaitu Gerpolek (gerilya Politik ekonomi) menyuburkan ide perang rakyat semesta yang sukses ketika rakyat melawan 2 agresi Belanda. Menurut Nasution, Tan harus dicatat sebagai tokoh ilmu militer Indonesia.
Begitu banyak karya dari Tan Malaka, namun entah bagaimana Bapak Republik Indonesia yang sangat Revolusioner ini seakan ingin dihapuskan dalam sejarah Republik Indonesia. Apapun yang telah dibuatnya, alangkah bijaksananya apabila generasi saat ini mengambil pelajaran dari sejarah sehingga dapat membuat Indonesia lebih baik.
Data diri Tan Malaka:
Nama lengkap : Ibrahim Sutan Datuk Tan Malaka
TTL : Sumatera Barat, 2 Juni 1897
Organisasi : Sarekat Islam semarang, Serikat buruh Pelikan, Partai Komunis Indonesia, Murba, Persatuan Perjuangan.
Buku : Dari penjara ke penjara (3 Jilid, 1948), Madilog (1943), Naar de Republiek (1925), Massa Actie (1926) dan masih banyak lagi. Total lebih dari 26 buku
Penjara : 11 kali di jawa, 1 kali di Hongkong dan 1 kali di Filipina
Belinyu, 10-11-11
-mdskribo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar